Berawal dari sebuah kekecewaan
saya ketika tak berhasil mencapai danau Marpunge yang berada di Dusun Simolanga
Kecamatan Puteri Betung Penosan Kabupaten Gayo Lues – Aceh. Khairul, teman
seperjalanan selama di gayo lues, menyarankan untuk mengunjungi sebuah rumah
kayu yang cukup tertata rapi di desa Serkil, tak jauh dari kawasan suaka
Margasatwa Kappi tempat dimana danau tersebut berada.
Bukan apa-apa, menurut penuturan
masyarakat setempat, perjalanan ke danau tersebut cukup menyita waktu dan
tenaga. Dua hari tracking! Mengingat waktu perjalanan yang tak lagi bersisa,
jadilah saya dan team harus mencari solusi dari kegagalan tersebut.
Perbincangan saya dengan bapak Toni
Deka Purba disuatu siang yang sejuk. Tepat bersisian dengan sungai alas yang
mengalir ditepian jalan Blangkejeren-Kutacane. Membawa kami ke sebuah topic
yang begitu luar biasa. Swadaya Listrik Mandiri!
Perbincangan semakin hangat
tatkala pak Toni menceritakan bahwa dahulu, tempatnya tersebut adalah tempat
tujuan wisata. Banyak warga Negara asing yang berkunjung ketempatnya. Sampai
akhirnya konflik melanda provinsi Aceh. Yang sudah bisa dipastikan ikut
berimbas pada usahanya. Akan tetapi, bapak 4 orang anak ini tak pernah menyerah
dengan keadaan. Walaupun anak-anaknya sudah tinggal diluar negeri, ia lebih
memilih tinggal di desa Serkil, Gayo Lues.
Menit tiap menit menjadi begitu
berharga. Sampai akhirnya pak Toni, menceritakan bagaimana ia akhirnya membangun
sebuah pembangkit listrik sederhana tepat di depan rumahnya. Sebuah kincir
sederhana yang dibangun dengan dana pribadi ini mampu menghasilkan daya listrik
sebesar 7500 Watt. Tergantung dengan besar kecilnya dynamo pembangkit yang
digunakan.
Pembicaraan siang itu menjadi
sebuah pembicaraan anti thesis, mengingat akhir-akhir ini para pembesar Negara
sedang menego untuk merubah zona inti Leuser tepatnya di kawasan Suaka
margasatwa Kappi menjadi zona pemanfaatan. Itu semua hanya demi membangun
pembangkit tenaga listrik bertenaga panas bumi. Merusak hutan seluas ribuan
hektar hanya demi listrik sebesar 35 Mega Watt. Besar memang, tapi tidak
menyelesaikan solusi kekurangan listrik di Aceh yang minus sebesar 130 MW.
Sepulang dari rumah pak Toni,
tepat dihadapan saya, adalah jalan menuju ke kawasan Kappi, sebuah kawasan
dimana masih hidup satwa endemic Leuser, sebuah kawasan yang menjadi daerah
penyangga air bagi begitu banyak manusia yang tinggal di pinggir Sungai Alas.
Pak Toni, seolah berhasil membuktikan kalau tanpa merusak alam, tanpa merubah
fungsi dari hutan, ia tetap bisa memberikan manfaat kepada manusia.
Listrik, air, dan berbagai
manfaat dari alam baik langsung maupun tidak langsung tak harus dengan merusak
atau merubah alih fungsi hutan. Pak Toni sudah membuktikannya. Justru dengan menjaga
hutan, air yang menjadi sumber tenaga kincir pak Toni tetap terjaga dan
mengalir. Sepanjang air masih mengalir, maka sepanjang itu juga pak Toni
merasakan manfaat dari hutan Leuser. Terutama kawasan Kappi.
Yuks simak wawancara singkat Saudara Yudi Randa bersama dengan bapak Toni Deka Purba
Post a Comment