Monday, May 1, 2017

Swadaya Listrik dari Desa Serkil, Gayo Lues, Aceh-Indonesia

Swadaya Listrik dari Desa Serkil, Gayo Lues, Aceh-Indonesia

Berawal dari sebuah kekecewaan saya ketika tak berhasil mencapai danau Marpunge yang berada di Dusun Simolanga Kecamatan Puteri Betung Penosan Kabupaten Gayo Lues – Aceh. Khairul, teman seperjalanan selama di gayo lues, menyarankan untuk mengunjungi sebuah rumah kayu yang cukup tertata rapi di desa Serkil, tak jauh dari kawasan suaka Margasatwa Kappi tempat dimana danau tersebut berada. 
Bukan apa-apa, menurut penuturan masyarakat setempat, perjalanan ke danau tersebut cukup menyita waktu dan tenaga. Dua hari tracking! Mengingat waktu perjalanan yang tak lagi bersisa, jadilah saya dan team harus mencari solusi dari kegagalan tersebut. 

Perbincangan saya dengan bapak Toni Deka Purba disuatu siang yang sejuk. Tepat bersisian dengan sungai alas yang mengalir ditepian jalan Blangkejeren-Kutacane. Membawa kami ke sebuah topic yang begitu luar biasa. Swadaya Listrik Mandiri!

Perbincangan semakin hangat tatkala pak Toni menceritakan bahwa dahulu, tempatnya tersebut adalah tempat tujuan wisata. Banyak warga Negara asing yang berkunjung ketempatnya. Sampai akhirnya konflik melanda provinsi Aceh. Yang sudah bisa dipastikan ikut berimbas pada usahanya. Akan tetapi, bapak 4 orang anak ini tak pernah menyerah dengan keadaan. Walaupun anak-anaknya sudah tinggal diluar negeri, ia lebih memilih tinggal di desa Serkil, Gayo Lues. 

Menit tiap menit menjadi begitu berharga. Sampai akhirnya pak Toni, menceritakan bagaimana ia akhirnya membangun sebuah pembangkit listrik sederhana tepat di depan rumahnya. Sebuah kincir sederhana yang dibangun dengan dana pribadi ini mampu menghasilkan daya listrik sebesar 7500 Watt. Tergantung dengan besar kecilnya dynamo pembangkit yang digunakan. 

Pembicaraan siang itu menjadi sebuah pembicaraan anti thesis, mengingat akhir-akhir ini para pembesar Negara sedang menego untuk merubah zona inti Leuser tepatnya di kawasan Suaka margasatwa Kappi menjadi zona pemanfaatan. Itu semua hanya demi membangun pembangkit tenaga listrik bertenaga panas bumi. Merusak hutan seluas ribuan hektar hanya demi listrik sebesar 35 Mega Watt. Besar memang, tapi tidak menyelesaikan solusi kekurangan listrik di Aceh yang minus sebesar 130 MW. 

Sepulang dari rumah pak Toni, tepat dihadapan saya, adalah jalan menuju ke kawasan Kappi, sebuah kawasan dimana masih hidup satwa endemic Leuser, sebuah kawasan yang menjadi daerah penyangga air bagi begitu banyak manusia yang tinggal di pinggir Sungai Alas. Pak Toni, seolah berhasil membuktikan kalau tanpa merusak alam, tanpa merubah fungsi dari hutan, ia tetap bisa memberikan manfaat kepada manusia.

Listrik, air, dan berbagai manfaat dari alam baik langsung maupun tidak langsung tak harus dengan merusak atau merubah alih fungsi hutan. Pak Toni sudah membuktikannya. Justru dengan menjaga hutan, air yang menjadi sumber tenaga kincir pak Toni tetap terjaga dan mengalir. Sepanjang air masih mengalir, maka sepanjang itu juga pak Toni merasakan manfaat dari hutan Leuser. Terutama kawasan Kappi.  

Yuks simak wawancara singkat Saudara Yudi Randa bersama dengan bapak Toni Deka Purba 

Post a Comment

Start typing and press Enter to search